Pertumbuhan Pasar Cloud di Asia Pasifik dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia

neuCentrIX - 01/12/2021 10:00

Pandemi COVID-19 telah mendorong banyak perusahaan untuk menyesuaikan dan mengubah cara mereka menjalankan bisnis dengan memanfaatkan digitalisasi. Agar tetap gesit dan kompetitif, sebagian besar perusahaan mulai menggunakan model dan operasional bisnis yang didukung teknologi. Cloud, sebagai salah satu teknologi andal saat ini, telah menjadi fondasi yang mendukung transformasi digital global. Hal ini membuat pasar cloud di seluruh dunia mengalami pertumbuhan yang pesat, tak terkecuali di kawasan Asia Pasifik.

 

Pertumbuhan Pasar Cloud di Asia Pasifik

 

Menurut laporan dari Cisco dan Boston Consulting Group (BCG), pengeluaran cloud secara keseluruhan di Asia Pasifik diperkirakan akan mencapai US$200 miliar pada tahun 2024. Hal ini meningkatkan pertumbuhan investasi cloud dengan CAGR lebih dari 20% sejak tahun 2018. IDC menegaskan hal ini dengan menyatakan bahwa pasar cloud computing di Asia Tenggara diperkirakan mampu mencapai US$40,32 miliar pada tahun 2025. Dalam Worldwide Public Cloud Services Spending Guide, IDC juga menyatakan bahwa IaaS telah menjadi kontributor teratas untuk pengeluaran public cloud secara keseluruhan dan akan tetap menjadi yang tertinggi berdasarkan perkiraan. Sementara itu, SaaS ditempatkan sebagai yang terbesar kedua, diikuti oleh PaaS di tempat ketiga.

 

Di kawasan Asia Pasifik, Indonesia diharapkan menjadi salah satu negara terdepan dalam hal pertumbuhan investasi layanan cloud, baik public maupun private. Laporan lain yang disusun oleh BCG menyatakan bahwa pasar public cloud Indonesia merupakan salah satu pasar dengan pertumbuhan tercepat di kawasan Asia Pasifik, dengan CAGR yang diproyeksikan tumbuh hingga 25% sejak 2018, dari US$0,2 miliar pada 2018 menjadi US$0,8 miliar pada 2023. Terlepas dari berbagai tantangan yang dapat menghambat perkembangan industri cloud, mulai dari kesenjangan dalam kompetensi perusahaan, kurangnya pemahaman yang jelas tentang fitur privasi data, hingga kurangnya infrastruktur jaringan yang kuat, pasar cloud ternyata menjanjikan potensi besar untuk dapat tumbuh dengan pesat.

 

Dampak Pertumbuhan Pasar Cloud terhadap Perekonomian Indonesia

 

Kehadiran cloud computing telah memberikan nilai tambah bagi perekonomian negara. Menurut BCG, public cloud diperkirakan akan mendorong dampak PDB kumulatif sebesar US$36 miliar pada tahun 2023. Selain itu, peningkatan penggunaan public cloud di Indonesia diperkirakan akan menciptakan 70.000 pekerjaan langsung pada tahun yang sama. Sekitar 47.000 pekerjaan akan masuk dalam kategori pekerja non-digital (penjualan, pemasaran, SDM, keuangan, logistik, dan operasional) dan 23.000 lainnya tergolong kategori pekerja digital — 3.000 di antaranya akan bekerja dengan layanan cloud dan penyedia sistem TI dan 20.000 sisanya dalam industri vertikal.

 

Teknologi cloud juga menawarkan kelincahan, keandalan, skalabilitas, dan ketersediaan yang tidak hanya penting dalam proses transformasi digital setiap perusahaan, tetapi juga untuk mendorong ide bisnis baru yang mengarah pada peningkatan jumlah perusahaan startup. Saat ini, Indonesia memiliki tujuh perusahaan di bidang teknologi yang telah berstatus unicorn, di antaranya GoTo, Traveloka, dan Bukalapak. BCG menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan startup tersebut mengandalkan public cloud. Didukung oleh keunggulan berbasis cloud — seperti waktu pemasaran yang lebih cepat dan kemampuan untuk menerapkan AI serta machine learning — perusahaan unicorn ini dapat berkembang pesat dan menskalakan bisnis mereka. Selain perusahaan teknologi dan pelaku bisnis digital lainnya, sudah banyak lembaga lain yang aktif menggunakan cloud, mulai dari lembaga keuangan, pemutar media, hingga perusahaan ritel.

 

Dampak lain dari prospek pertumbuhan yang tinggi ini adalah fakta bahwa Indonesia telah menarik banyak penyedia layanan cloud terkemuka dunia untuk membangun ekosistem cloud mereka di negara ini. Google Cloud dan AliCloud telah mendirikan data center mereka di Indonesia, sementara Microsoft Azure dan Amazon Web Services berencana meluncurkan data center mereka pada awal 2022 mendatang.

 

Kesimpulannya, adopsi cloud bukan lagi menjadi pilihan tetapi kebutuhan bagi sebagian besar bisnis di Indonesia. Oleh karena itu, perusahaan perlu mempercepat proses adopsi cloud agar tetap gesit dan relevan. Namun, tak ada istilah “one for all” dalam proses adopsi cloud. Itulah mengapa penting bagi perusahaan untuk menyusun tujuan dan menilai kapasitas mereka terlebih dahulu sebelum menetapkan strategi bisnis, baik jangka pendek maupun jangka panjang.