Peran Hyperscale Data Centers dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Digital Indonesia

neuCentrIX - 22/12/2021 14:05

Pertumbuhan ekonomi digital terlihat hampir di setiap negara di dunia, termasuk Indonesia. Pada tahun 2025, ekonomi digital Indonesia berpotensi mencapai $124 miliar atau sekitar Rp1.700 triliun, berdasarkan kajian terbaru yang dilakukan oleh Google, Temasek, dan Bain & Company. Dalam salah satu pidatonya tahun ini, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani menambahkan, “(Peningkatan) dari USD 44 miliar (tahun 2020) menjadi USD 124 miliar merupakan potensi yang luar biasa. Artinya, potensi ekonomi akan meningkat tiga kali lipat berkat infrastruktur digital.”

Menurut The Digital Competitiveness Index 2021 oleh East Ventures, ada dua hal utama yang mendorong ekonomi dan daya saing digital Indonesia: peningkatan pengeluaran untuk ICT — yang menunjukkan peningkatan penggunaan layanan dan transaksi digital — dan infrastruktur pembangunan — dengan pertumbuhan pesat pasar data center negara sebagai salah satu penandanya.

Indonesia saat ini merupakan pasar data center terbesar kedua di antara negara-negara di Asia Tenggara. Menurut GlobeNewswire, pasar data center negara bernilai USD 1.785,2 juta pada tahun 2020 dan diperkirakan akan mencapai USD 3.354,41 juta pada tahun 2026. Saat ini, terdapat sekitar lima belas penyedia layanan data center yang beroperasi di 40 data center. Melihat pesatnya pertumbuhan ekonomi digital bangsa, beberapa penyedia ini telah memperluas jangkauan fasilitas mereka dengan mendirikan hyperscale data centers (HDC). Lalu, bagaimana HDC mendukung ekonomi digital bangsa?

HDC Mampu Mendukung Transformasi Digital Secara Masif
Data adalah inti dari transformasi digital. Dengan kata lain, data center memainkan peran kunci dalam proses ini. HDC, sebagai bentuk infrastruktur data center yang lebih modern dan kuat, menawarkan dukungan transformasi digital yang lebih baik kepada perusahaan: hardware terbaru untuk menangani volume data yang terus bertambah; daya dan sistem pendingin yang lebih besar dan lebih efisien untuk keberlanjutan; dan teknologi mutakhir untuk menjamin efisiensi operasional dan mengurangi risiko downtime.

HDC Mampu Menangani Traffic Bervolume Tinggi
Menurut Cisco, pada tahun 2023, total pengguna internet akan mencapai 5,3 miliar orang (66% dari populasi global). Jumlah pengguna, aplikasi, dan perangkat IoT yang terhubung ke internet akan terus mendorong permintaan terhadap komputasi dan konektivitas berbasis data center; jika terus meningkat, jumlah traffic yang dihasilkan akan sangat besar. Dengan sedikitnya 500 kabinet dan 5.000 server yang terhubung ke jaringan dengan jumlah serat dan kecepatan yang sangat tinggi, HDC hadir sebagai pendukung yang andal. Dirancang untuk menangani traffic bervolume tinggi, kehadiran HDC telah membuka jalan bagi masifnya kemajuan teknologi saat ini yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi digital.

HDC Mampu Menangani Beban Kerja yang Berat
Website dan aplikasi yang kita lihat sekarang tidak lagi sesederhana dulu. Destinasi online saat ini — mulai dari platform media sosial, seperti TikTok dan Instagram; Platform OTT dan VOD, seperti Spotify, Netflix, dan YouTube; hingga aplikasi pelanggan, seperti Gojek dan Tokopedia — jauh lebih kompleks, menawarkan lebih banyak fitur serta kemampuan yang memerlukan banyak server untuk memenuhi permintaan paling sederhana sekalipun. HDC memiliki kapasitas untuk menangani penyimpanan dan beban kerja komputasi yang berat untuk mendukung aplikasi rumit dengan berbagai fitur dan fungsionalitas yang canggih. Dengan kemampuannya, HDC memungkinkan bisnis untuk meningkatkan kepuasan pelanggan mereka dengan menciptakan pengalaman digital yang lebih baik.

Menambah daftar HDC di Indonesia, neuCentrIX saat ini sedang membangun HDC pertamanya untuk membuktikan komitmen dalam mendukung perusahaan dari berbagai industri, mengoptimalkan kinerja mereka di era digital serta mendorong ekonomi digital bangsa. HDC ini juga akan mengusung konsep green data center sebagai bukti komitmen dan upaya neuCentrIX dalam mendorong keberlanjutan yang selama ini menjadi isu vital di era digital.