Masa Depan Data Center: Upaya Dekarbonisasi demi Keberlanjutan

neuCentrIX - 24/12/2021 13:00

Perubahan iklim telah menjadi salah satu ancaman terbesar yang dihadapi manusia modern dengan konsekuensi nyata, mulai dari kekeringan, badai, gelombang panas, naiknya permukaan laut, gletser yang mencair, hingga kenaikan suhu laut. Dampak dari perubahan iklim ini dapat mengancam perdamaian dan stabilitas global. António Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, baru-baru ini menyampaikan satu hal yang telah disepakati dunia selama bertahun-tahun: perubahan iklim hanya dapat ditangani dengan kerja sama tingkat global yang tak tertandingi.

 

Kesadaran kolektif ini dituangkan dalam Perjanjian Paris 2015, sebuah perjanjian internasional terkait perubahan iklim global. Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan tersebut, sejumlah pemerintah dunia dan pemimpin bisnis menetapkan target dan membuat komitmen untuk mengurangi emisi karbon dioksida global. Perusahaan dari semua industri pun menyatakan niat untuk menjadi netral karbon pada tahun 2050 melalui sejumlah upaya dekarbonisasi.

 

Saat ini, perusahaan yang bergerak di bidang ICT dan pemilik data center mulai berpartisipasi secara aktif dalam upaya dekarbonisasi mengingat kontribusi karbon dioksida mereka yang sangat besar. Dalam satu tahun, data center menghasilkan sekitar 200 juta metrik ton karbon dioksida. Kenyataan ini membuat upaya dekarbonisasi menjadi kebutuhan yang mendesak. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan dekarbonisasi dan apa yang akan terjadi dengan data center di masa mendatang?

 

Pengertian Dekarbonisasi

Dekarbonisasi mengacu pada tindakan pengurangan emisi CO2 yang dihasilkan dari kegiatan yang membutuhkan pembakaran bahan bakar fosil, seperti produk transportasi, pembangkit listrik, dan aplikasi pemanas. Sebagian besar gas rumah kaca dibentuk oleh CO2. Itulah mengapa upaya dekarbonisasi menjadi penting untuk memenuhi standar suhu global yang ditetapkan oleh Perjanjian Paris yang bertujuan membatasi pemanasan global dan memastikan keberlanjutan planet bumi.

 

Secara umum, dekarbonisasi mencakup upaya eksplorasi pembangkit listrik rendah karbon dan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil, termasuk pemanfaatan sumber energi terbarukan dan teknologi yang lebih bersih. Data center dapat berkontribusi dalam upaya dekarbonisasi dengan memerhatikan pengelolaan pada tiga fokus berikut.

 

Heat Management untuk Penggunaan Energi yang Lebih Sedikit

Salah satu fokus yang harus dikelola dengan cermat adalah mengurangi jumlah energi yang digunakan dalam fasilitas data center. Dalam hal ini, data center dapat menggunakan sekitar 40% sumber energi untuk menjaga server agar tetap dingin. Beberapa solusi mutakhir untuk pengelolaan ini mencakup pendekatan teknologi dan arsitektur. Dua pendekatan paling populer saat ini adalah pendinginan pasif (memastikan udara panas dan dingin tidak bercampur) dan pendinginan imersi (server direndam dalam cairan non-konduktif agar panas bisa ditransfer langsung dari komponen ke dalam cairan). Selain itu, tak sedikit dari data center yang juga menggunakan AI untuk sistem pendinginan yang lebih efisien dan efektif. Metode penting lainnya adalah mentransfer panas dan menggunakannya untuk hal-hal bermanfaat, seperti memanaskan rumah atau fasilitas umum terdekat. Sebagai contoh, panas yang dihasilkan oleh data center IBM di Swiss digunakan untuk menghangatkan kolam renang terdekat.

 

Green Power Supply

Di beberapa negara, masih banyak data center yang menggunakan batu bara. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah membersihkan daya yang digunakan oleh data center serta memilih sumber yang lebih ramah lingkungan, seperti angin atau tenaga surya. Perusahaan teknologi dan penyedia data center yang lebih sadar lingkungan telah menjadi pembeli tetap listrik bersih yang berasal dari tenaga listrik tenaga angin dan surya. Misalnya, pada tahun 2019, Google membeli paket energi terbarukan senilai 1,6 GW, 2 miliar USD atau setara dengan memasang panel surya di 1 juta rumah yang menjadi pembelian energi terbarukan perusahaan terbesar saat itu. Pilihan lainnya adalah menggunakan tenaga pasang surut, yang menyediakan tenaga yang benar-benar andal dan dapat diprediksi berabad-abad sebelumnya.

 

Penyimpanan dan Cadangan Energi Bersih

Daya yang berkelanjutan sangat penting bagi sebuah data center. Untuk memastikan hal tersebut, sebagian besar data center dilengkapi generator cadangan diesel. Hal ini perlu diubah. Flow batteries, baterai isi ulang yang lebih baru dan efektif, diharapkan telah bisa diperjualbelikan pada tahun 2023 mendatang. Dibandingkan dengan baterai isi ulang konvensional, flow batteries memiliki lebih banyak keunggulan secara teknis, seperti tangki cairan yang dapat dipisahkan dan umur yang hampir tidak terbatas. Hidrogen juga dipandang sebagai salah satu kunci penting dalam tahapan dekarbonisasi mengingat keunggulannya yang dapat menggerakkan kendaraan dan alat berat, memanaskan rumah dan bisnis, dan diproduksi menggunakan kelebihan energi terbarukan dan emisi karbon dari fasilitas industri.

 

Perusahaan teknologi terkemuka dunia, seperti Microsoft dan Apple, sudah beralih ke energi bersih untuk memberi daya pada data center mereka dan telah berjanji untuk menjadi negatif karbon. Perusahaan data center terkemuka di Indonesia juga turut ambil bagian dalam gerakan tersebut. neuCentrIX, misalnya, telah menerapkan pendekatan hemat energi dan berkelanjutan dalam Hyperscale Data Center yang mereka buat dengan memanfaatkan panel surya untuk memberi daya pada area publik dan kantor. Sebagaimana yang sering dikatakan orang, upaya sekecil apapun dapat membuat perbedaan besar.