Jaringan 5G dan Evolusi Data Center

neuCentrIX - 03/02/2021 10:00

Seluruh dunia kini tengah menanti kehadiran teknologi jaringan paling mutakhir, apalagi jika bukan 5G. Pertengahan 2020 lalu, jaringan seluler generasi kelima ini telah mulai digunakan di 38 negara. Ericsson, perusahaan telekomunikasi terbesar asal Swedia, memprediksi bahwa pada akhir tahun 2025 jaringan internet 5G sudah akan melingkupi dunia hingga 65%.

 

Dibandingkan pendahulunya, teknologi 5G menawarkan kecepatan data lebih tinggi, latensi lebih rendah, kapasitas jaringan yang lebih besar, keandalan dan ketersediaan yang lebih baik, serta user experience yang lebih seragam. Dengan keunggulan ini, 5G diharapkan membawa kemajuan pada aplikasi IoT, machine learning, dan kecerdasan buatan (AI) sehingga dapat meningkatkan produktivitas, keamanan, dan kualitas hidup masyarakat. Kehadiran 5G juga dinilai akan membawa perubahan yang lebih baik bagi ekosistem teknologi jaringan. Selain itu, jaringan teranyar ini secara signifikan dapat menumbuhkan inovasi di semua industri, terutama komunikasi, layanan kesehatan, transportasi, energi, manufaktur, dan pertanian.

 

Untuk mendukung performa yang lebih baik, teknologi canggih ini membutuhkan infrastruktur yang tepat. Jaringan 5G memerlukan perubahan pada elemen dan arsitektur TI yang saat ini digunakan untuk mendukung jaringan 3G dan 4G. Munculnya 5G lantas menimbulkan pertanyaan baru, yaitu bagaimana data center mempertahankan peran mereka di dunia yang telah mendukung 5G?

 

Adopsi Arsitektur C-RAN

Jaringan 5G saat ini didukung oleh C-RAN (Centralized atau Cloud Radio Access Network). C-RAN adalah jenis RAN (bagian dari sistem telekomunikasi yang menghubungkan perangkat individu ke bagian lain dari jaringan melalui koneksi radio) yang memiliki stasiun kontrol dan pemrosesan terpusat. Untuk mendukung teknologi 5G, data center dan penyedia layanan cloud mengalihkan situs mereka ke arsitektur C-RAN dan berfungsi sebagai hub C-RAN. Data center yang mengadopsi arsitektur C-RAN mampu menghasilkan efisiensi spektrum dan kecepatan yang lebih tinggi, menciptakan jaringan yang lebih terukur dan fleksibel, serta mendukung lebih banyak pengguna seluler dan standar nirkabel.

 

Lahirnya Data Center Skala Kecil

Mengingat keduanya saling memanfaatkan fitur terbaiknya satu sama lain, 5G dan edge computing atau komputasi tepi sangat mungkin untuk berkembang secara beriringan. Edge computing adalah cara untuk meminimalkan jarak yang merupakan salah satu faktor utama latensi. Dalam edge computing, data tidak dikirimkan ke data center atau cloud terpusat, tetapi ke data center berskala kecil untuk menganalisis, memproses, dan menyimpan data berdasarkan konten dan tingkat layanan yang diperlukan pengguna akhir. Untuk mendukung proses ini, beberapa kemampuan komputasi perlu ditempatkan di tepi (daerah pinggir) dalam bentuk data center skala kecil yang pendistribusiannya dilakukan berdasarkan rencana geografis yang strategis dan telah terhubung dengan jaringan.

 

Infrastruktur untuk AI dan Machine Learning

Dalam dunia yang kini diberdayakan oleh 5G dan Internet of Things, kehadiran AI dan machine learning menjadi semakin diperhitungkan. Begitu pula peran data center dalam mewujudkannya. Untuk menghasilkan algoritma yang diperlukan dalam menjalankan AI dan machine learning, diperlukan pemrosesan data dan kapasitas penyimpanan yang besar. Selain itu, aplikasi AI dan machine learning menuntut jaringan berkecepatan dan berkapasitas tinggi, dengan lapisan sakelar canggih yang terhubung ke sejumlah besar server. Dengan teknologi dan arsitektur yang tepat, data center, hyperscale, dan pusat data mikro lokal akan hadir sebagai pendukung aplikasi tersebut.


Kesimpulannya, meskipun masih memerlukan beberapa perubahan besar untuk mengakomodasi dan mengaktifkan 5G, data center akan tetap memiliki peran besar karena kemampuannya untuk memberikan penyimpanan dengan biaya rendah dan volume tinggi. Di masa mendatang, peran ini tentu akan terus berkembang sebagai bagian dari teknologi 5G dan ekosistem edge (tepi) yang lebih besar.