Memahami Tier pada Data Center

neuCentrIX - 21/10/2021 12:06

Data center sangat penting bagi setiap perusahaan. Untuk memastikan kinerja bisnis yang maksimal, perusahaan harus memilih data center yang memenuhi semua persyaratan. Masing-masing data center, secara spesifik, ternyata punya perbedaan spesifikasi sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Uptime Institute menciptakan Sistem Tier yang mengklasifikasikan data center berdasarkan beberapa kriteria, terutama terkait dengan uptime, toleransi kesalahan, dan ketersediaan.

 

Terdapat empat tingkatan dalam sistem tier data center. Uptime Institute menekankan bahwa bukan berarti perbedaan tingkatan tier dianggap "lebih baik" dari yang lain. Sebaliknya, mereka justru menilai bahwa bisnis perlu memilih data center yang memenuhi kebutuhan mereka secara spesifik.

 

TIER 1

Tier 1 merupakan jenis data center yang paling dasar. Hanya memiliki satu jalur distribusi untuk daya dan pendingin serta tidak terdapat (atau hanya ada sedikit) redudansi dan backup komponen. Jadi, tier 1 memiliki perlindungan terbatas terhadap risiko kehilangan data yang diakibatkan kejadian seperti pemadaman listrik dan kegagalan sistem. Inilah sebabnya mengapa data center tier 1 memiliki tingkat uptime 99.671% dan lama downtime maksimal 28,8 jam setiap tahun. Lama downtime, ditambah tidak adanya redundansi, bisa mengakibatkan lebih banyak data loss

 

Data center tier 1 cocok untuk bisnis kecil yang tidak terlalu bergantung pada data dan dapat menoleransi waktu henti atau downtime, contohnya bisnis yang tidak harus selalu online dan tidak memerlukan sistem IT yang kompleks. Ini akan memberikan keuntungan bagi usaha kecil karena dapat menghemat anggaran.

 

TIER 2

Data center tier 2 memiliki semua fitur yang dimiliki data center tier 1, termasuk jalur distribusi tunggal. Perbedaannya, tier 2 telah mencakup komponen redundan parsial untuk daya, pendinginan, dan cadangan listrik. Dengan redundansi ekstra ini, data center tier 2 memiliki tingkat uptime 99,741% dan 22 jam lama downtime setiap tahun sehingga mampu mengurangi kerentanan dan menawarkan perlindungan serta ketersediaan data yang lebih baik.

 

Data center tier 2 dapat dimanfaatkan bisnis kecil hingga menengah yang perlu mengandalkan komponen redundansi tetapi masih mencari opsi yang hemat biaya. Misalnya, bisnis yang dijalankan secara online melalui website sederhana dengan lalu lintas rendah, mengandalkan email dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan memerlukan sistem telepon yang mendukung internet.

 

TIER 3

Data center tier 3 dapat menjalani pemeliharaan secara bersamaan tanpa gangguan layanan apa pun. Memiliki redundansi N+1 (jumlah komponen yang diperlukan untuk operasional + cadangan) memungkinkan para staf pemeliharaan melakukan peningkatan, perbaikan, dan perubahan tanpa harus mematikan apa pun. Sebagian besar komponen dalam data center tier 3 sudah memiliki cadangan. Dengan demikian, sistem dapat tetap online meskipun terdapat lebih dari satu komponen yang mengalami kegagalan. Data center tier 3 memiliki tingkat uptime 99,982% dan durasi downtime maksimal 1,6 jam setiap tahun.

 

Meskipun fitur-fitur yang ditawarkan oleh tier 3 masih memiliki beberapa kekurangan jika dibandingkan dengan tier 4, jenis infrastruktur ini sudah dianggap unggul dan mampu memenuhi kebutuhan sebagian besar bisnis, skala menengah hingga besar, yang berbasis online dan memiliki traffic yang cukup pesat. Tier 3 tidak direkomendasikan untuk bisnis kecil karena biayanya yang relatif lebih tinggi.

 

TIER 4

Tier 4 adalah infrastruktur yang paling mutakhir dibandingkan dengan tingkatan lainnya. Dengan tujuan menyediakan layanan berkelanjutan dalam situasi apa pun, data center tier 4 memiliki infrastruktur 2N + 1 (dua kali lipat jumlah yang diperlukan untuk operasi + cadangan) redundansi untuk semua komponennya, termasuk sistem untuk pendinginan, daya, aliran jaringan, penyimpanan data, dll. Tak heran jika data center tier 4 memiliki uptime hingga 99,995% dan lama downtime hanya 26,3 menit dalam satu tahun.

 

Dengan redundansi, tier 4 dapat sepenuhnya menoleransi kesalahan. Dengan kata lain, tier 4 memungkinkan operasional sehari-hari terus berjalan karena sistem tidak akan mati, meskipun mengalami kegagalan atau pemadaman komponen. Infrastruktur ini dapat meminimalkan bahkan menghilangkan risiko kehilangan data.