Mengurangi Jejak Karbon Data Center

neuCentrIX - 29/07/2022 10:00

Data center membutuhkan banyak energi untuk menyimpan dan memproses data di ribuan server yang bekerja 24 jam sehari, 365 hari dalam seminggu. Ini berarti data center mengeluarkan banyak jumlah jejak karbon. Data center menyumbang 2% permintaan listrik global dan 0,3% emisi karbon dunia – dengan jumlah yang terus meningkat.

Pada United Nations Climate Change Conference tahun 2021, terdapat kekhawatiran mengenai dampak lingkungan yang disebabkan oleh data center. Resolusi dari dampak lingkungan tersebut yaitu dengan mengurangi energi dan konsumsi sumber daya data center dan mencapai emisi karbon yang bersih.

Baca lebih lanjut karena kami akan menguraikan beberapa dampak data center terhadap perubahan iklim, negara mana saja yang menanganinya dan bagaimana dampak negatif dapat dihilangkan.

Dampak apa yang data center berikan pada perubahan iklim? 

Data center memiliki banyak dampak pada perubahan iklim, alasan terbesarnya yaitu karena data center memiliki konsumsi energi yang tinggi. Dengan tingginya permintaan dan transmisi data, banyak data center menggunakan energi lebih dari sebelumnya. Jumlah penggunaan energi dari sumber tidak berkelanjutan ini membuat dampak perubahan iklim yang lebih besar.

Terlebih lagi, data center memproduksi tekanan panas yang berdampak besar pada pemanasan global dan membutuhkan pendinginan. Di sebagian besar kasus, air digunakan untuk pendingin server data center, menghabiskan 25 juta galon untuk kapasitas 1MW data center.

Data center menggunakan sangat banyak server yang bisa rusak atau membutuhkan pembaruan. Pada kasus ini, limbah elektronik tersebut menjadi masalah utama karena beberapa darinya tak bisa didaur ulang. Hal ini berarti banyak yang harus dilakukan untuk memastikan limbah elektronik data center dibuang dengan benar.

Apa yang negara lain lakukan untuk mengatasinya? 

Data center di seluruh dunia membutuhkan energi lebih banyak setiap harinya. Data center menggunakan listrik lebih besar dibandingkan dengan negara-negara besar. Sebuah laporan pada tahun 2016 menunjukkan jumlah total energi yang digunakan oleh data center sebanyak 416,2 terawatt per jam – hampir dua kali lipat kebutuhan tahunan Indonesia yaitu sebesar 273,8 terawatt per jam.

Konsumsi energi tersebut telah mengharuskan negara-negara seperti Inggris dan seluruh negara European Union (EU) agar membuat peraturan data center hijau. Konferensi UN COP26 juga mengajukan regulasi yang mengharuskan agar data center menjadi lebih berkelanjutan dan iklim-netral pada tahun 2050. Ini berarti data center akan menggunakan lebih sedikit energi, memproduksi jejak karbon dan membantu menyelesaikan krisis perubahan iklim.

Bagaimana kita bisa mengurangi dampak negatif pada lingkungan?

Di saat banyak negara telah mengambil langkah untuk membatasi jumlah dampak lingkungan yang disebabkan oleh data center, berikut beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak negatifnya.

  • Bahan bakar terbarukan yang canggih: Data center bisa menggunakan sumber daya terbarukan seperti tenaga surya dan udara untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi yang tidak berkelanjutan.
  • Teknik pendinginan yang lebih baik: Seperti yang kita lihat sebelumnya, pendinginan menjadi masalah besar untuk data center. Menggunakan teknik pendinginan yang lebih baik membantu mengurangi emisi karbon.
  • Menggunakan peralatan yang lebih baik: Dengan kecanggihan teknologi, data center bisa menggunakan peralatan yang lebih baik yang membutuhkan lebih sedikit energi dan membutuhkan lebih sedikit pendingin.

Data center merupakan tulang punggung internet dan berperan besar terhadap kemajuan teknologi. Namun, data center menimbulkan banyak dampak lingkungan dan menyebabkan polusi besar. Membuat data center menjadi lebih berkelanjutan dapat mengurangi perubahan iklim dan penggunaan energi.