Perbedaan Redundancy dan Resilience pada Data Center

neuCentrIX - 31/12/2021 09:00

Ketika berbicara mengenai data center, redundancy menjadi istilah yang sering disebut. Namun, pernahkah Anda mendengar tentang resilience pada data center? Apakah redundancy dan resilience berbeda? Apakah keduanya saling terhubung? Dalam artikel ini, mari kita pahami lebih jauh tentang perbedaan dan hubungan keduanya.

Apa perbedaan redundancy dan resilience?
Keandalan menjadi salah satu atribut paling penting dari data center. Redundancy dan resilience merupakan dua faktor yang berperan utama dalam memastikan keandalan sebuah data center. Keduanya memungkinkan sistem data center lebih tangguh dan toleran terhadap kesalahan, memastikannya untuk tetap beroperasi sekalipun mengalami kegagalan sistem, pemadaman listrik, serangan siber, dan masalah lainnya. Meskipun memiliki sifat yang serupa, redundancy dan resilience bukanlah hal yang sama. Bahkan, keduanya tidak boleh digunakan secara bergantian.

Redundancy
Seperti yang telah dibahas dalam artikel sebelumnya Tingkat Redundancy, redundancy pada dasarnya diartikan sebagai duplikasi. Istilah ini mengacu pada tingkat komponen cadangan yang dimiliki data center untuk mengambil alih peran komponen atau sistem utama jika terjadi kegagalan. Dalam operasional data center, redundancy umumnya diperlukan untuk komponen catu daya dan pendingin yang sangat penting untuk menjaga sistem tetap aktif dan berjalan.

Pembahasan mengenai redundancy tidak akan terlepas dari kapasitas peralatan tertentu. Kapasitas ini dapat diukur dari jumlah komponen cadangan yang dimiliki sistem untuk memastikan keandalan data center. Itulah sebabnya terdapat beberapa tingkat redundancy pada data center yang diukur dalam peringkat N. Dengan demikian, data center dengan N+1 redundancy berarti memiliki satu unit tambahan untuk setiap empat komponen yang digunakan. Redundancy 2N berarti data center telah memiliki keseluruhan sistem duplikat, dengan unit duplikat yang tersedia untuk setiap komponen yang digunakan. Sementara itu, sebagai tingkat redundancy data center tertinggi, 2N+1 telah memiliki unit duplikat untuk setiap komponen yang digunakan, dengan unit tambahan untuk setiap empat komponen.

Resilience
Resilience mengacu pada kemampuan data center untuk terus beroperasi, bahkan ketika mengalami kegagalan peralatan, sistem, atau hal lain yang dapat mengganggu operasional berjalan normal. Berbeda dengan redundancy yang mengarah pada kapasitas peralatan tertentu, resilience lebih menekankan tentang data center secara keseluruhan yang mampu menjaga konsistensi layanannya dalam menghadapi kesalahan.

Faktor-faktor yang membangun resilience data center beragam dan terus berkembang, dan redundancy hanyalah salah satunya. Faktor lainnya, antara lain prakiraan dan pencegahan kegagalan peralatan, perlindungan sistem, isolasi dan pelepasan komponen yang gagal, pemulihan sistem, dan pemulihan kinerja sistem. Di samping itu, terdapat faktor eksternal yang turut berkontribusi pada resilience data center, seperti memiliki staf di lokasi 24 jam sehari.

Saat ini, semakin banyak data center yang mulai mengalihkan fokus mereka dari redundancy ke berbagai strategi, termasuk penyeimbangan beban dan virtualisasi, untuk menerapkan toleransi kesalahan. Dalam hal ini, cloud computing juga memainkan peran penting mengingat saat ini lebih banyak sumber daya yang sudah di-host - artinya kebutuhan untuk sistem data center yang redundant menjadi berkurang. Selain itu, manajer data center juga menggunakan lebih banyak alat DCIM untuk memantau operasi (termasuk infrastruktur kelistrikan) serta mengidentifikasi redundancy yang tidak perlu dan titik kegagalan potensial. Pada intinya, hal paling penting adalah bagaimana data center dapat memastikan ketersediaan data dan memberikan layanan yang konsisten kepada setiap pelanggannya dalam berbagai skenario.

Bagaimana redundancy dan resilience saling terhubung?
Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat melihat mengapa redundancy dan resilience penting bagi sebuah data center. Redundancy adalah salah satu faktor yang meningkatkan resilience pada sistem, sedangkan resilience merupakan faktor penting dalam memastikan ketersediaan data center. Oleh karena itu, ketika memilih penyedia data center, penting untuk memilih penyedia yang tidak hanya mengimplementasikan salah satu, tetapi keduanya.